Sanggar seni Tirto Wahyu Budoyo, Tlogowatu. Sanggar ini digunakan sebagai tempat latihan anggota sanggar.
Tag: Tlogowatu
SANGGAR WAHYU TIRTO BUDOYO, TLOGOWATU
Sanggar Wahyu Tirto Budoyo
Jumat lalu tepatnya tanggal 14 Maret 2014, Yayasan Tirto Utomo pergi mengunjungi salah satu sanggar yang berada di desa Tlogowatu. Sanggar ini merupakaan sanggar binaan Yayasan Tirto Utomo yang dibantu oleh masyarakat sekitar Tlogowatu, dan tentunya dibantu oleh Lurah Desa Tlogowatu.
Rombongan Yayasan Tirto Utomo yang berjumlah 10 orang tiba di desa Tlogowatu pukul 09.30 pagi. Kedatangan rombongan Yayasan Tirto Utomo disambut dengan meriah oleh karawitan anak-anak. Selain karawitan anak-anak, Yayasan Tirto Utomo disuguhkan dengan karawitan ibu-ibu dan tari Goro-goro.
Masyarakat Tlogowatu menganggap Ibu Tirto Utomo merupakan satu-satunya orang yang sangat peduli terhadap kebudayaan lokal, sehingga mereka sangat senang dan merasa diperhatikan. Oleh karena itu, meraka berterimakasih kepada Yayasan Tirto Utomo karena sudah banyak membantu Sanggar Wahyu Tirto Budoyo. Bantuan yang diberikan bukan hanya berupa materi, tetapi juga berupa semangat dan motivasi agar kedepannya Sanggar Wahyu Tirto Budoyo bisa lebih baik lagi.
Pertengahan tahun lalu, Yayasan Tirto Utomo memberikan bantuan berupa kostum-kostum dan 1set gamelan yang dibuat langsung oleh Pak Miskam, penduduk asli desa Tlogowatu. Sekarang, kostum-kostum dan gamelan tersebut sudah digunakan dengan baik oleh Sanggar Seni Wahyu Tirto Budoyo.
Karawitan anak-anak yang dipertunjukkan kepada Yayasan Tirto Utomo, merupakan hasil latihan yang mereka lakukan setiap hari kamis sampai sabtu. Karawitan anak-anak di Sanggar Wahyu Tirto Budoyo dilatih sendiri oleh Pak Pur dan dibantu dengan Pak Miskam. Di sanggar ini memiliki anggota tetap ±25orang, yang diikuti oleh anak-anak SD, Ibu-ibu, dan Bapak-bapak masyarakt Tlogowatu.
Kedepannya, Sanggar Wahyu Tirto Budoyo akan mendirikan Rumah Joglo dengan bantuan dari Yayasan Tirto Utomo. Masyarakat Tlogowatu diharapkan ikut serta dalam pembangunan Rumah Joglo ini, karena dengan keikut sertaan masyarakat dapat menimbulkan ‘rasa kepemilikan’ terhadap rumah Joglo. Dan Ibu Tirto Utomo berpesan, tempat yang digunakan untuk latihan kesenian merupakan tempat untuk berkawan, dan bersaudara, sehingga harus dirawat dan dijaga, tidak boleh ada ketidak cocokan satu sama lain.